Supervisi

Resume Buku

Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Mata
Kuliah : Seminar Pendidikan

OLEH : NURLAILA
NIM : 0809200050104

Dosen: Dr. Nasir Usman, M.Pd

UNIVERSITAS SYIAH KUALA
PROGRAM PASCASARJANA DARUSSALAM
BANDA ACEH
2010

Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-gurudan personil sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan , bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran , pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik. Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi-kondisi dan syarat-syarat yang esensial, yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Dengan kata lain: Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. (Purwanto,2008,76 “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”)

Oteng Sutisna (1983) Dalam Arikunto (2004,11) Mengatakan Definisi supervisi adalah segala sesuatu dari pejabat sekolah yang diangkat yang diarahkan kepada penyediaankepemimpinan bagi para guru dan tenaga pendidikan lain dalam perbaikan pengajaran, melihat stimulasi pertumbuhan professional dan perkembangan dari para guru, seleksi dan revisi tujuan-tujuan pendidikan,bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar, dan evaluasi pengajaran.
Kimball Wiles (1995) dalam Arikunto(2004,11) Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik.
Supervisi dapat diartikan sebagai layanan professional, layanan professional tersebut berbentuk pemberian bantuan kepada personil sekolah dalam meningkatkan kemampuannya sehingga lebih mampu mempertahankan dan melakukan perubahan penyelenggaraan sekolah dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan sekolah.
Pengertian Supervisi
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru.

1. Tujuan Supervisi
Broadmab dalam Arikunto (2004,12) supervisi bertujuan membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim y ang efektif, bekerja sama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dan lainnya
Sergiovanni (1980) dalam Arikunto (2004,13) menyatakan bahwa supervisi bukan hanya dilakukan oleh pejabat yang sudah ditunjuk tetapi oleh seluruh personel yang ada di sekolah,(by the entire school staffs) tujuan supervisi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran, yang harapan akhirnya juga pada prestasi belajar siswa. Tentu saja peningkatan tersebut tidak dapat hanya mengenai satu aspek saja, tetapi semua unsure yang terkait dengan proses pembelajaran, Antara lain siswa itu sendiri, guru dan personil lain, peralatan, pengelolaan, maupun lingkungan tempat belajar.
Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan untuk belajar-mengajar yang dilakukan guru di kelas, maka jelas bahwa tujuan supervisi yaitu untuk meningkatkan memberikan layanan dan bantuan.

A. Tujuan Supervisi Meningkatkan mutu kinerja guru
1. Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
2. Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
3. Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
4. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
5. Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
6. Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
7. Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
B. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik
C. Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa
D. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
E. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
Catatan:- Tujuan supervisi harus dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak- Supervisi harus terencana dengan baik, membangun dan demokratis- Guru harus diberi informasi tentang tujuan supervisi.

2. Fungsi supervisi
Dengan berpijak pada batasan pengertian tersebut maka ada tiga fungsi supervisi, yaitu
a. Sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran. Supervisi berfungsi meningkatkan mutu pembelajaran tertuju pada aspek akademik, khususnya yang terjadi dikelas ketika guru memberikan bantuan kepada siswa.
b. Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan pembelajaran, merupakan factor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran, karena sifatnya melayani atau mendukung kualitas pembelajaran.
c. Sebagai kegiatan memimpin dan membimbing adalah yang berkewajiban memimpin dan membimbing guru dan staf tatausaha di sekolah adalah kepala sekolah dan guru. (Arikunto.2004,14)
Tujuan supervisi bukan untuk menilai guru semata , melainkan untuk mengetahui keterbatasan-keterbatasan kemampuan dalam rangka peningkatan kemampuan guruatau pembinaan.( Bafadal.2005.72. dasar-dasar manajemen dan supervisi taman kanak-kanak) .

Fungsi lain Supervisi
1) Fungsi Meningkatkan Mutu PembelajaranRuang lingkupnya sempit, hanya tertuju pada aspek akademik, khususnya yang terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa.
2) Fungsi Memicu Unsur yang Terkait dengan PembelajaranLebih dikenal dengan nama Supervisi Administrasi
3) Fungsi Membina dan Memimpin.

d. Manfaat supervisi Taman kanak-kanak
1. Mamfaat bagi personil Taman kanak-kanak
Dengan adanya supervisi yang diselengagarakan di TK, personelnya semakin menjadi lebih mampu dan berkemauan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
2. Mamfaat bagi kelembagaan Taman kanak-kanak
Dengan adanya supervise, semua program pendidikan di Taman kanak-kanak dapat diselenhgarakan secara efektif dan efesien, berarti tujuan lembaga pendidikan dapat tercapai sebagaimana yang ditetapkan.
3. Mamfaat bagi penciptaan hubungan
Pelaksanaan supervisi menuntut adanya interaksi antar kedua belah pihak, yaitu supervisor dan yang diberi supervisi. (Ibraham Bafadal.2005.74. dasar-dasar manajemen dan supervisi taman kanak-kanak)

3. Ruang lingkup supervisi
a) Supervisi di bidang kurikulum
b) Supervisi di bidang kesiswaan
c) Supervisi di bidang kepegawaian
d) Supervisi di bidang sarana dan prasarana
e) Supervisi di bidang Keuangan
f) Supervisi di bidang humas
Supervisi di bidang ketatausahaan.(Ibraham Bafadal.2005.75-77. dasar-dasar manajemen dan supervisi taman kanak-kanak)

4. Jenis supervisi
Jenis supervisi ada 2 yaitu;
• Supervisi umum
• Supervisi pengajaran
• Supervisi Klinis

o Supervisi umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan atau pekerjaan secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran sepertis upervisi terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan.
o Sedangkan supervise pengajaran adalah kegiatan-kegiatankepengawasan yang ditujukan untuk mem[perbaiki kondisi-kondisi baik personil maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mmengajar yang lebih baikdemi tercapainya tujuan pendidikan.
o Menurut Richard waller, ”Supervisi klinik adalah supervise yag divokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analsis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk menngadakan modifikasi yang rasional”. Ngalim purwanto,2008,90 “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”)
o Keith Acheson dan Meredith D.Call mengemukakan bahwa “Supervisi klinik adalah proses membantu guru memperkecil ketidak sesuian (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal”.
Secara teknik dikatakan bahwa supervise klinis adalah suatu model supervise yang terdiri atas tiga fase, yaitu;
(1) Pertemuan perencanaan,
(2) Observasi kelas,dan
(3) Pertemuan balik.

Dari kedua definisi tersebut John J.Bolla menyimpulkan “Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru /calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut. (Ngalim purwanto,2008,91 “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”)

Pendapat beberapa ahli tentang pengertian supervise klinis;
1) Menurut Richard Waller dalam buku Tecniquea in the Clinical Supervision of teachers, karangan Acheson dan Gall (1992:11) dalam; Azhari,2003,18; supervise klinis adalah supervise yang difokuskan pada perbaikn pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan,pengmatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional. (Azhari, 2003,18)
2) Acheson dan Gall dalam bukunya Tecniquea in the Clinical Supervision of teachers,(1992:11) dalam Azhari,2003,19; supervise klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidak sesuaian (kesenjangan antara tingkah lakumengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal). (Azhari, 2003,18)
3) Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan supervise klinis merupakan suatu proses pembimbingan yang bertujuan meningkatkan profesionalitas guru, dengan penekanan pada penampilan mengajar, melalui prosedur yang sistimatis yang dimulai dari pertemuan pendahuluan, observasi kelas, dan pertemuan balikan guna mendapatkan perubahan tingkah lakumengajar yang diharapkan.
Dan dapat pula diartikan dengan “supervise yang terpusat pada guru (teacher-centered –supervision” (Azhari, 2003, 19)

Tujuan supervisi Klinis
Tujuan supervisi Klinis adalah untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dengan memfokuskan pada perbaikan penampilan gurumengajar di kelas secara lebih rinci dan spesifik.
Tujuan supervisi Klinis menurut pendapat Acheson dan Gall Tecniquea in the Clinical Supervision of teachers,(1992:12-13) dalam Azhari,2003,19.Adalah sebagai berikut:
1) Memberikan gambaran secara objektif kepada guru mengenai penampilan mengajar yang senyatanya (actual);
Supervisi klinis dapat diibaratkan sebuah cermin bagi guru, sehingga mereka dapat melihat kondisi penampilan mengajarnya yang sebenarnya didepan kelas.
2) Mendiagnosis dan memecahkan permasalahan pengajaran.

Ciri-ciri supervise klinis
Ciri-ciri supervise klinis ditinjau dari segi pelaksanaan sbb:
a. Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau intruksi.
b. Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru, dengan terlebih dahulu diadakan kesepakatan melalui pengkajian bersama antara supervisor dengan guru.
c. Sasaran supervise dipusatkan pada beberapa keterampilan mengajar tertentu saja, dengan ketentuan tidak semua keterampilan mengajar disupervisi dalam satu kegiatan supervise.
d. Instrumen observasi dikembangkan dan disepakati bersama antara supervisor dengan guru.
e. Umpan balik diberikan dengan segera dan secara obyektif.
f. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada memberi perintah dan mengarahkan.
g. Berlangsung dalam suasana akrab dan bersifat terbuka.
h. Supervise dilaksanakan sekitar topic yang disepakatibersama dalam perencanaan /pertemuan pendahuluan, observasi dan pertemuan balikan. (Azhari, 2003, 20)

TAHAP PENGEMBANGAN DAN SASARAN (OBJEK) SUPERVISE KLINIS
Tahap Pertemuan Pendahuluan Tahap Observasi kelas Tahap pertemuan balikan

Menurut Soecipto dan Raflis Kosasi dalam bunya yang berjudul Profesi Keguruan(1994:235-236) secar teknis lima langkah pelaksanaan pertemuan pendahuluan, yaitu:
1. Menciptakan suasana yang akrap antara supervisor dengan guru.
2. Melakukan kajian ulang terhadap rencana pembelajaran (tujuan,bahan,kegiatan, dan evaluasinya) yangtelh dibuat oleh guru.
3. Mengidentifikasi komponen keterampilan (beserta indikatirnya)yang akan diobservasi.
4. Memilih atau mengembangkan instrument observasi yang akan digunakan.
5. Mendiskusikan bersama untuk mendapatkan kesepakatan tentang instrument observasi yang dipilih atau yang dikembangkan.( Azhari,2003:24)

Nurtain dalam bukunya yang berjudul supervise pengajaran 1989:261-262 berpendapat sebagai berikut:
1. Kelengakapan catatan
Usahakan mencatat sebanyak mungkin apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan selama pengajaran berlangsung, hasil catatan itu akan merupakan bukti-bukti atau data bagi supervisor dengan guru untuk dikaji bersama-sama dalam menganalisis apa yang terjadi selama proses pengajaran berlangsung. Semakin spesifik dan detail penggambaran dalam hasil rekaman , maka semakin berarti dalam kegiatan analisis.
2. Fokus
Supervisor memilih aspek-aspek keterampilan yang perlu dicatat, berdasarkan kesepakatan antara supervisor dengan guru.
3. Mencatat komentar supervisor
Supervisor mencatat komentarnya agar tidak lupa terhadap proses pengajaran yang dilakukan guru.
4. Pola perilaku guru waktu mengajar perlu dicatat, sebagai bahan pembicaran nanti pada waktu pertemuan balikan, sebagai contoh, guru sering mengucapkan kata-kata, tentunya, memegang hidung atau sering melihat ketempat tertentu, berbicara waktu menulis dsb.
5. Membuat guru tidak merasa gelisah.
Pada waktu permulaan berlatih mengajar sering membuat guru bingung dan gelisah,Untuk menghilangkan rasa gelisah dan bingung ini, pada waktu pertemuan pendahuluan, supervisor hendaklah menjelaskan tentang apa yang hendak dicatat pada waktu guru nanti paktikmengajar. Hal ini termasuk kesepakatan tentang apa yang akan di observasi dan dicatat. (Azhari,2003;25) Nurtain, soetjipto, dan raflis Kosasi mengemukakan langkah-langkah pembicaraan hasil supervise klinis sbb:
1. Memberi penguatan dan menanyakan perasaan guru mengenai yang dialaminya dalam kegiatan mengajar secara umum, hal ini untuk menciptakan suasana santai agar guru tidak merasa diadili.
2. Mereviu tujuan pengajaran.
3. Mereviu target ketrampilan serta perhatian utama dalam mengajar /latihan mengajar.
4. menanyakan perasaan guru tentang jalannya pengajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya, Pertanyaan itu meliputi hal-hal yang dianggap berhasil dan yang kurang berhasil menurut guru,
5. Menunjukkan data hasil observasi, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk menafsirkan data tersebut.
6. Menganalisis dan menginterprestasikan data hasil rekaman secara bersama-sama.
7. Menanyakan kembali perasaan guru setelah mendiskusikan hasil analisis dan interprestasi rekaman data tersebut.
8. Menyimpulkan hasil dengan melihat atau membandingkan antara apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau target guru dengan apa yang sebenarnya telah terjadi atau tercapai.
9. Menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih dan diperhatikan pada kesempatan berikutnya.
(Azhari,2003;27)
Sambungan;
Sasaran (objek) supervise klinis Indikator guru yang professional Kemampuan guru professional
Sasaran supervise klinis, sebagai berikut:
1. Siasat membuka dan menutup pelajaran
2. Kefasihan bertanya.
3. Keterampila menerangkan.
4. Fariasi stimulus.
5. Dorongan terhadap partisipasi siswa.
6. Illustrasi dan menggunakan contoh-contoh.
7. Penguasaan kelas.
8. Keterampilan berkomunikasi.
9. Memberikan penguatan( reinforcement). Keith A. Acheson dan Meridith Damien Gall dalam buku Tecniquea in the clinical supervision of teachers” (1992:22) merumuskan empat belas ciri-ciri guru yang professional atau guru yang baik, sebagai berikut:
1. Memiliki hubungan yang positif dengan siswa.
2. Memperlihatkan (peduli) terhadap emosi siswa
3. Memelihara disiplin control
4. Menciptakan lingkungan yang nyaman (kondusif) untuk belajar
5. Mengenal dan memperhatikan perbedaan individual
6. Menikmati bekerja dengan siswa
7. Mengupayakan keterlibatan siswa dalam belajar.
8. Kreatif dan inovatif
9. Menekankan keterampilan membaca
10. Memberi siswa image diri yang baik
11. Aktif dalam kegiatan-kegiatan pengembangan profesionalita
12. Menguasai materi secara mendalam
13. Fleksibel
14. Konsisten. Soedjiarto dalam bukunya yang berjudul memantapkan system pendidikan Nasional (1993:99) mengemukakan tujuh kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yang professional, yaitu:
1. Memahami peserta didik dengan latar belakangnya dan kemampuannya.
2. Menguasai disiplin ilmu sebagai sumber bahan belajar
3. Menguasai bahan belajar
4. Memiliki wawasan kependidikan yang mendalam
5. Menguasai rekayasa dan teknologi pendidikan
6. Memahamitujuan dan filsafat pendidikan nasional
7. Berkepribadian dan berjiwa pancasila

3) Keunggulan supervisi Klinis
a. Kegiatan supervisi akan berlangsung baik karena dapat mengumpulkan informasi yang tepat, langsung dari guru sendiri, yang memang diperlukan dan tepat untuk digunakan dalam pembinaan.
b. Pihak pengawas atau kepala sekolah yang melaksanakan supervisi akan merasa puas karena dapat memberikan bantuan yang tepat kepada guru yang memerlukan.
c. Oleh karena supervisi dilaksanakan berdasarkan hasil diskusi bersama dengan guru dan dituliskan dalamm bentuk perencanaan maka langkah kegiatannya menjadi pasti,setiap langkah dapat diikuti dan dicermati mana yang sudah dapat terlaksana dan mana yang belum, sertadapat dikaji ulang untuk peningkatan dilain waktu.
d. Bagi pihak guru akan merasa lebih dekat dengan pengawas dan kepala sekolah sehingga lama kelamaan tidak ada lagi yang perlu ditutupi. Dalam kegiatan yang lainpun keterbukaan seperti itu akan tetap terpelihara.Situasi inilah yang akan membantu menciptakan ilklim sekolah dengan suasana harmonis dan penuh kekeluargaan.
e. Guru akan merasa puas karena telah mendapatkan pembinaan yang sesuai dengan yang diperlukan, yaitu memecahkan masalah yang dijumpai secara tepat sasaran sehingga problema mengajar akan dapat teratasi.
f. Pihak pengawas akan merasa puas karena dapat memberikan bantuan kepada guru secara tepat seperti apa yang dibutuhkan oleh guru.Selanjutnya hasil pembinaan dapat dirasakan oleh guru dan berdampak pada peningkatan mutu pelajaran.(Arikunto,2004,94).

Prinsip-prinsip supervise klinis
Beberapa ahli mengemukakan tentang Prinsip-prinsip pelaksanaan supervise klinis, antara lain sebagai berikut :
1. Acheson dan Gall
Prinsip-prinsip umum di dalam melaksanakan supervisi klinis menurut Acheson dan Gall sebagai berikut:
a. Interaktif bukan direktif
b. Demokratif bukan otoritatif
c. Berpusat pada guru bukab pada supervise

2. Nurtain, dalam buku supervise pengajaran, (1989:256-257) berpendapat sebagai berikut:
a. Berpusat pada guru ketimbang supervisor.
Prinsip ini menekankan prakarsa dan tanggung jawab meningkatkan keterampilan mengajar dan menganalisis serta mencari cara meningkatkan keterampilan mengajar tersebut tersebut sangat berkaitan/disesuaikan dengan kebutuhan guru yang bersangkutan
b. Hubungan guru dengan supervisor lebih interaktif ketimbang direktif
Prinsip ini menekankan bahwa antara supervisor dengan guru pada hakikatnya sederajat dan saling membantu dalam meningkatkan kemampuan dan sikap profesionalnya.
c. Demokratif ketimbang otokratif
Prinsip ini menekankan bahwa kedua belah pihak harus bersifat terbuka, dalam arti masing-masing pihak mempunyai hak mengemukakan pendapatb secara bebas, namun masing-masing juga berkewajiban mempertimbangkan pendapat pihak lain dalam rangka mencapai kesepakatan.
d. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, prinsip ini mengandung arti bahwa kebutuhan mendapatkan layanan supervisi itu bersumber dan dirasakan mamfaatnya oleh guru. Kebutuhan dan aspirasi guru tidak terlepas dari kawasan penampilan guru di depan kelas.
e. Umpan balik dari proses belajar mengajar guru diberikan dengan segera dan hasil atau kesimpulannya harus sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama.
f. Layanan supervise yang diberikan bersifat bantuan dengan tujuan meningkatkan kemampuan mengajar dan sikap professional guru.
g. Pusat perhatian pada waktu berlangsungnya supervise dalam kegiatan pengajaran memfokuskan pada beberapa keterampilan saja. Meskipun keterampilan mengajar dapat digunakan secara integratif, tetapi untuk kepentingan peningkatan keterampilan tertentu dapat dilakukan secara terisolasi agar mudah dikontrol dan diamati. ( Azhari, 2003:22)

5.Prinsip-prinsip supervisi
1) Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan.
2) pemberian bantuan dan bimbingandilakukan secara langsung, pengawas mengupayakan agar mampu menumbuh kepercayaan diriyang pada akhirnya dapat menumbuhkan motivasi kerja secara instistik.
3) Pengawas dan kepala sekolah memberikan saran dan umpan balikagar pihak yang disupervisi menyadari kelemahan-kelemahan dalam proses PBM.
4) Kegiatan supervise dilakukan secara berkala
5) Menciptakan hubungan yang yang baik aantara supervisor dan yang disupervisi.
6) Supervisor membuat catatan singkat berisi hal-hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan. (Arikunto.2004,21)

Prinsip-prinsip dan factor factor yang mempengaruhi supervisi
Besarnya tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor, seperti dikatakan oleh Moh.Rifai, M.A, dalam Ngalim purwanto, (2008),117. untuk menjalankan tindakan-tindakan supervise sebaik-baiknya kepala sekolah hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja.
2. Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya (realistis, mudah dilaksanakan).
3. Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaaannya
4. Supervisi harus dapat memberikan perasaaan aman pada guru-guru dan pegawai-pegawai sekolah yang disupervisi.
5. Supervisi harus didasarkan atas hubungan professional , bukan atas dasar hubungan pribadi,
6. Supervisi harus selalu mem[erhitungkan kesanggupan, sikap, dan mungkin prasangkaguru-guru dan pegawai sekolah.
7. Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan perasaan gelisah atau bahkan antipasti dari guru-guru.
8. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan, atau kekuasaan pribadi.
9. Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan.(ingat bahwa supervise berbeda dengan inspeksi !).
10. Supervisi tidak dapat terlalu cepat mengharapkan hasil, dan tidak boleh lekas merasa kecewa.
11. Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif koorperatif.

Preventif berarti berusaha mencegah jangan sampai timbul hal-hal yang negative; mengusahakan/memenuhi syarat-syarat sebelum terjadinya sesuatu yang tidak kita harapkan.
Korektif berarti memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.
Kooperatif berarti bahwa mencari kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan dan usaha memperbaikinya dilakukan bersama-sama oleh supervisor dan orang-orang yang diawasi. (Ngalim purwanto,2008,117 “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”)

Prinsip Supervisi yang dikemukakan oleh Oteng Stisna(1983) Dalam Arikunto(2004), 23 yaitu:
a. Supervisi merupakan bagian integral dari program pendidikan, supervisi adalah layanan yang bersifat kerja sama.
b. Pada dasarnya semua personil pelaksana pendidikan di sekolah memerlukan dan berhak atas bantuan supervisi
c. Supervisi hendaknya disesuaikan dengan kondisi setempat karena berguna untuk memenuhi kebutuhan perseorangan dari personil.
d. Supervisi adalah layanaan yang tidak mungkin dapat berjalan satu pihak yaitu supervise saja tetapi merupakan kegiatan yang bersifat kerjasama.
e. Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dan sasaran–sasaran pendidikan, dan hendaknya menerangkan implikasi-implikasi dari tujuan-tujuan dan sasaran–sasaran tersebut.
f. Supervisi hendaknya membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari semua anggota staf sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat setempat, serta pihak-pihak yang terkait dengna kehidupan sekolah.
g. Tanggung jawab program seperti berada pada dua pejabat, pertama supervise sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah sedangkan pengawas bertanggung jawab atas supervise semua sekolah yang menjadi wewenang pembinaannya.
h. Supervisi yang merupakan bantuan dan pembinaan untuk guru dan staf TU. Bagi pengawas, kegiatan tersebut merupakan kegiatan mobile yaitu tugasnya memerlukan perjalanan keliling setiap hari. Untuk itu maka supernvisi hanya dapat berjalan apabila dilengkapi dengan dana yang mencukupi.
i. Dana pendidikan yang berlnagsung di sekolah tampaknya kepala sekolah merupakan penanggungjawab utama keberlangsungan pendidikan di sekolah yang ia pimpin.Selanjutnya pengawas merupakan pejabat yang berada lebih tinggi untuk melakukan supervise. Pertanyaan sekarang adalah apakah supervise itu sendiri perlu dievaluasi ? Jika perlu, lalu siapakah yang berhak dan berkewajiban menili kegiatan supervise ? Sistem yang berlaku sekarang adalah bahwa para pengawas dikoordinir oleh koordintor pengawas. Orang ini bukan atasan pengawas tetapi hanya coordinator. Dengan demikian perlu diciptakan model evakuasi diri dan evaluasi silang antar supervisor.
j. Supervisi hendaknya merupakan wahana untuk menjelaskan dan berdiskusi tentang hasil-hasil penelitian pendidikan yang mutakhir tetapi belum ada wadah untuk mengkomunikasikan., apalagi menerapkan.( Arikunto ,2004, 24)

6. Faktor-faktor mempengaruhi supervisi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi yaitu:
1. Lingkungan masyarakat setempat sekolah itu berada. Apakah sekolahn itu dikota besar, di kota kecil, atau di pelosok. Di lingkungan masyarakat orang-orang kaya atau di lingkungan orang-orang yang pada umumnya kurang mampu. Di lingkungan masyarakat intelek,pedagang atau petani, damn lain-lain.
2. Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Apakah sekolah itu merupakan kom[lekssekolah yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya.
3. Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang dipimpin itu TK,SD atau sekolah lanjutan,SMP, STM,SMEA, SKKA, dsb, semuanya memerlukan sikap dan sifat supervise tertentu.
4. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di sekolah itu pada umumnya sudah berwewenang, bagaimana kehidupan social-ekonomi, hasrat kemampuannya, dsb.
Kecakapan keahlian kepala sekolah itu sendiri. diantara faktor-faktor yang lain, yang terakhir iniadalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semua itu tidak aka nada artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya. (Ngalim purwanto,2008,118 “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”)

Secara umum, keciatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah
sebagai supervisor antara lain :
1. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya
2. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media intruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar.
3. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tunuttan kurikulum yang sedang berlaku.
4. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.
5. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran-panataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-masing.
6. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau POMG dan instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.
Secara khusus dan lebih konkrit lagi , kegiatan yang mungkin dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Menghadiri rapat atau pertemuan organisasi- organisasi professional, seperti PGRI, Ikatan Sarjana Pendidikan, dsb.
b. Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsfat pendidikan dengan guru-guru.
c. Mendiskusikan metode-metode dan teknik-teknik dalam dalam rangka pembinaan dan pengembangan proses belajar mengajar.
d. Membimbing guru-guru dalam penyusunan program semester dan program satuan pelajaran.
e. Membimbing guru-guru dalam memilih dan menilai buku-buku untuk perpustakaan sekolah dan buku-buku pelajaran bagi murid-murid.
f. Membimbing guru-guru dalammenganalisis dan menginterprestasi hasil tes dan penggunaannya bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
g. Melakukan kunjungn kelas atau classroom visitation dalam rangka supervise klinis.
h. Mengadakan kunjungan observasi atau observation visit bagi guru –guru demi perbaikan cara mengajarnya.
i. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah-masalah yang mereka hadapi atau kesulitan-kesulitan yang mereka alami.
j. Menyelenggarakan manual atau bulletin tentang pendidikan dalam ruang lingkup bidang tugasnya.
Berwawancara dengan orang tua murid dan pengurus BP3 atau POMG tentang hal-hal yang mengenai pendidikan anak-anak mereka. (Ngalim purwanto,2008,120 “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”)

7. Sasaran supervisi
pengertian pokok supervise adalah melakukan pembinaan kepada personil sekolah pada umumnya dan khususnya guru, agar kualitas pembelajaran meningkat sebagai dampak dari meningkatnya kualitas pembalajaran, diharapkan dapat meningkat pula prestasi belajr siswa, itu berarti meningkat pula kualitas lulusan sekolah itu.
Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada tiga macam supervisi, yaitu
a. Supervisi Akademik, yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada wakytu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu.
b. Supervisi administrasi, yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
c. Supervisi lembaga, yang menebarkan dan menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada seantero sekolah. Jika supervise akademik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maka supervise lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. (Arikunto,2004, 33).

8. Teknik-teknik supervisi
Secara garis besar cara tatau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Teknik perseorangan
Yang dimaksud dengan supervise secara perseorangan ialah supervise yang dilakukan secara perseorangan, beberapa kegiatan diantaranya:
a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor (kepala sekolah dan pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar.tujuan mengobservasi bagamana guru mengajar, masih terdapat kelemahan atau kekurangan yang sekiranga masih perlu diperbaiki, selanjutnnya diadakan diskusi untuk memberikan masukan untuk perbaikan proses belajar-mengajar selanjutnya.
b) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
guru dari suatu sekolah dberi tugas untuk melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemontrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu,, misal cara menggunakan alat/ media yang baru, seperti audio visual aids, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti sosiodrama, problem sulving, diskusi planel fish bolw, metode penemuan (discovery).
c) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialalmi siswa Banyak masalah yang dialalmi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa misal siswa yang lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang “nakal” disini wali kelas adalah pembimbing yang utama, di beberapa sekolah dibentuk bagian bimbingan dan konseling, masalah-masalah yang ditimbulkan oleh siswa itu sendiri dan tidak dapat diatasi oleh guru kelas diserahkan kepada konselor. Dalam hal ini sangat diperlukan peranan supervisor terutama kepala sekolah.
d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah antara lain:
o Menyusun program semester dan mingguan
o Menyusun atau membuat satuan program pelajaran
o Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengololaan kelas
o Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran
o Mengadakan media dan sumber dalam PBM
o Mengorganisasikegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ektrakurikuler, study tour, dsb.

2. Teknik Kelompok
ialah supervise yang dilakukan secara kelompok
a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Kepala sekolah menjalankan tugas sesuai perencanaan seperti mengadakan rapat kepada guru dalam rangka supervise yang berhubungan dengan dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum.
b) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dengan membentuk kelompok–kelompok guru bidang studi yang berminat mata pelajaran tertentu yang telah diprogramkan untuk mengadakan pertemuan /diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan eranan proses belajar mengajar.

c) Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)
Penataran untuk guru bidang studi tertentu pada umumnya diadakan oleh pusat atau wilayah, tugas kepala sekolah adalah mengelolah dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut(follow-up)dari hasil penataran, agar adapat dipraktekkan oleh guru-guru. (Ngalim purwanto,2008,122 “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”).

9. Tipe supervisi
Ada empat tipe supervisi, dari yang paling memberikan kebebasan kepada guru dan staf tata usaha sampai pada yang paling ketat aturannya, dengan supervisor sebagai penguasa keempat tipe tipe supervise tersebut adalah
• Tipe inspeksi
• Laises faire
• Coursive
• Training and guidance
• Demokratis

 supervisi inspeksi dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya. Supervisor juga mengukur sejauh mana tugas-tugas yang diperintahkan tersebut sudah dapat diselesaikan, masih membutuhkan bantuan dan pembinaaan. Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
 Supervisi tipe Laises faire yaitu memberi kebebasan gerak kepada pelaku untuk berinisiatif, bagi pegawai yang kreatifitas tinggi akan maju sealiknya bagi pegawai yang fasif. Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran
 Supervisi tipe Coursive, (baca ko-esif) sama dengan supervise otoriter bersifat memaksa, supervisor memaksa kehendak, meskipun tidak cocok dengan kondisi,atau kemampuan pihak yang disupervisi, tetap saja dipaksakan berlakunya.daan ada gunanya bagi guru yang baru saja belajar mengajar. Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
 Supervisi tipe Training and guidance diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan, yakni merupakan proses pertumbuhan, perkembangan serta peningkatan, maka supervise mendorong terjadi pertumbuhan. Untuk ini diperlukan tambahan latihan dan bimbingan kepada guru dan staf tata usaha. Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
 Supervisi tipe Demokratis apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi manajemen, supervisi berada atau terselip dalam fungsi dinamis, yaitu pengarahan, koordinasi, dan evaluasi. Apabila kondisi dan situasi kepemimpinan sekolah memang kondusif untuk terjadinya supervisi tipe demokratis, maka fungsi –fungsi pengarahan, koordinasi, dan evaluasi dapat terjadi bukan dari satu arah, tetapi kolaboratif , ada kerja sama semua pihak yang ada di dalam organisasi. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing. Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.

Apapun tipe yang dipilih oleh supervisor dalam dalam melaksanakan supervisi namun tidak boleh melupakan prinsip-prinsip menjadi paduan kerja, yaitu :
a. Supervisi adalah pemberian bimbingan dan batuan kepada guru dan staf tat usaha agar mampu meningkatkan kinerja.
b. pemberian bimbingan dan batuan dilakukan secara langsung, tidak perlu ada perantara.
c. pemberian bimbingan dan batuan harus dikaitkan dengan peristiwa yang memerlukan bimbingan.
d. Kegiatan supervise dilakukan secara berkala agar terjadi mekanisme yang ajek dan rutin.
e. Supervise terjadi dalam suasana kondusif penuh sifat kekluargaan agar terjalin kerja saa yang baik.
f. Supervise dilakukan dengan menggunakan catatan agar apa yang dilakukan dan ditemukan tidak hilang . Temuan dan hal-hal penting lainnya merupakan bahan binaan yang sangat penting artinya dan dapat dibahas dalam pertemuan rutin pengawas (KKPS) dan kepala sekolah (KKKS).

Prinsip-prinsip supervisi yang dikemukakan oleh ngalim purwanto dan oteng sutrisna lebih mengejar persyaratan yang perlu ditaati untuk dipenuhi bagi petugas supervisor yang ingin sukses. ( Arikunto, 2004,25).
10. Kriteria Supervisi
1) Guru perlu diberitahu penilaian apa yang akan dipakai dalam proses supervise
2) Kriteria penilaian harus dikembangkan mulai dari prioritas pengajaran, tujuan program, sistim sekolah serta perkembangan profesional guru.
3) Kriteria dalam observasi guru harus ada hubungannya dengan deskripsi kerja guru.

11. Mengapa supervisi pendidikan itu perlu ?
• Pentingnya pengembangan sumber daya manusia.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang dibina dan dikembangkan terus-menerus. Semua usaha itu mengarah kepada pengadaan tenaga guru yang professional. Guru yang professional memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar
2) Memiliki rasa tanggung jawab, Yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap tugasnya
3) Memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karier hidup serta menjunjung tinggi kode etik jabatan guru (Sahertian.2000,2)
• Perlunya supervisi pengembangan sumber daya guru.
guru perlu mendapatkan pembinaan pendidikan disebut supervisor, supervisor bertugas membantu guru-guru dalam memberikan penjelasan dalam menyusun program operasional agar mudah dimengerti oleh guru.

Mackenzie (dalam Swearingen 1961:36) dalam sahertian. 2000,10 mengemukakan enam fungsi kepemimpinan sebagai supervisor antar lain :
1) Setiap pemikiran yang diberikan oleh anggota kelompok harus dilihat sebagai sumbangan bagi kelompok dan perlu diterima dengan sikap terbuka dan positif.
2) Pemimpin harus memiliki pemikiran yang mantap
3) Pemimpin membantu dalam mengembangkan keterampilan dan memperlengkapi stafnya.
4) Pemimpin bertugas menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri dan menumbuhkan rasa aman pada diri orang lain.
5) Pemimpin bertugas menentukan batas kebebasan (autonomi)dan saling berinteraksi.
6) Pemimpin harus berani menggunakan cara pendekatan yang bersfat mencoba.
(Sahertian.2000,2)
Beberapa usaha dalam membantu pertumbuhan dan pengembangan profesi antara lain:
1) Selalu belajar dan mengembangkan dorongan ingin tahu
2) Selalu ada kesediaan untukmemperoleh pengetahuan dan informasi baru
3) Selalu peka dan peduli terhadap tuntunan kemanusiaandan kepekaan social, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar.
Menumbuhkan minat dan gairah terhadap tugas mengajar yang menyatu dengan hidupnya. (Sahertian.2000,12)

Leeper;1965:12.dalam suhertian.2000.12, Mengungkapkan tentang latar belakang perlunya supervise pendidikan.
1) Bahwa dalam perubahan social, yang terjadi pada saat itu(sekitar tahun 1960-an) perlu memperhatikan dimensi baru, pada saat itu telah terjadi perubahan konstalasi dunia karena perubahan teknologi ruang angkasa. Sekolah dengan sendrinya akan diperlengkapi AVA (Audio Visual Aids) seperti OHP, Vidio cassette, TV dsb.
2) Perubahan susunan internasional dari polarisasi kepada kekuatan pluralism, timbulnya Negara-negara dunia ketiga
3) Berembang science dan teknologi yang semakin cepat
4) Tumbuhnya urbanisasi yang semakin meningkat menyebabkan masalah baru dalam bidang mendidik.
5) Adanya tuntunan hak-hak azasi manusia menyebabkan terjadinya poblema bagi pelaksana pendidikan yang memerlukan pemecahan secara rasional
6) Akibat pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di desa-desa menyebabkan terjadinya urbanisasi yang menimblkan masalah baru di kota-kota besar, yaitu;
 Tumbuhnya kantor-kantong kemiskinan (daerah kumuh) sementara di sisi lain tumbuh daerah elite
 Kemakmuran menimbulkan banyak waktu terluang yang dampaknya pada demoralisasi di kalanan anggota masyarakat(Sahertian.2000,14)

Seperangkat kriteria untuk evaluasi guru
1. Ketrampilan Instruksional Guru harus
a. Merencanakan secara efektif setiap pelajaran dan kegiatan kegiatannya
b. Menentukan dan mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa
c. Memeriksa kembali bahan materi pelajaran yang dibutuhkan
d. Menunjukkan dengan jelas dalam presentasi
e. Menggunakan teknik-teknik untuk merangsang siswa belajar dan menjaga siswa agar tetap focus
f. Menyesuaikan bahan materi pelajaran, kegiatan, sumber dan tugas untuk kebutuhan kelompok dan pribadi
g. Memonitor pemahaman siswa tentang konsep
h. Menyediakan tugas/ kerja siswa yang relevan dan sesuai dengan tingkat kesulitan siswa
i. Meringkas pelajaran

2. Pengetahuan Tentang Isi Guru harus
1) Menunjukkan pengetahuan dan kepekaan terhadap materi pelajaran
2) Tampil mengintegrasi materi pelajaran ke dalam aktivitas dan diskusi
3) Mengetahui berbagai sumber yang berhubungan dengan materi pelajaran
4) Mendeminstrasikan relevansi materi pelajaran dengan kehidupan siswa
5) Menolong siswa utnuk menjawab pertanyaan mereka sendiri
6) Mengindentifikasi kesempatan-kesempatan yang dapat memperkaya pengetahuan yang dihubungkan dengan topik belajar

3. Keterampilan Mengelola Kelas Guru harus
a. Menjaga standar yang jelas dan sesuai dengan perilaku siswa
b. Mendisiplinkan siswa dengan adil, objektif dan dengan cara yang membangun
c. Menggunakan waktu belajar di kelas dengan efektif
d. Memberi feedback yang positif dan membangun untuk setiap tindakan dan usaha
e. Menciptakan suasana belajar yang suportif dan positif
f. Menunjukkan perilaku yang memfokuskan pada perhatian siswa pada pembelajaran
g. Mengembangkan sikap saling menghormati di dalam kelas
h. Menunjukkan sikap toleransi terhadap berbagai perbedaan

4. Keterampilan Berkomunikasi Guru harus
1. Berkomunikasi dan berinteraksi secara positif dengan siswa
2. Memperhatikan pertumbuhan sosial dan emosional siswa
3. Menunjukkan kepedulian terhadap siswa dan mendengarkan segala masalah mereka dengan penuh perhatian dan empati
4. Bekerjasama dengan baik dengan semua staf
5. Menjaga hubungan yang positif dengan orang tua dan orang lain di lingkungan sekolah
6. Menghormati dan dihormati oleh orang lain baik itu kolega dan orang tua

5. Pengetahuan Tentang Perkembangan SiswaGuru harus
1. Menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang membangun dalam perencanaan dan perorganisasian pengajaran
2. Menunjukkan pengetahuan yang luas mengenai perilaku siswa yang sesuai dengan usianya
3. Menyusun pengalaman yang sesuai bagi perkembangan sosial siswa
4. Menjaga espektasi yang tinggi namun realistis mengenai siswa
5. Mengetahui/ menyadari kebutuhan khusus siswa dan berusaha untuk memenuhinya
6. Tanggung Jawab Profesional Guru harus
1. Memberikan kontribusi tujuan sekolah
2. Berusaha melaksanakan visi dan misi sekolah
3. Menunjukkan komitmen terhadap pertumbuhan siswa
4. Melaksanakan tugas-tugas rutin tepat pada waktunya dan dapat dipercaya
5. Menjunjung tinggi peraturan-peraturan dan tanggung jawab secara profesional
6. Membantu dalam penyeleksian materi/ bahan pelajaran
7. Tetap mengikuti arah dan aktivitas dalam wilayah kurikulum
8. Berpartisipasi dalam aktivitas pengembangan staff

Pencapaian Keseimbangan Antara Observasi Formal Dengan Observasi Informal (Drop In Observation)
1. Observasi formal merupakan alat penting dalam proses supervisi namun observasi informal dapat memberikan informasi yang tidak kalah penting seperti ketrampilan mengajar dan penampilan mengajar di kelas sehari hari
2. Jika kita ingin melaksanakan observasi informal yakinkan bahwa guru mengetahui bahwa ini adalah kebijakan dari anda
3. Untuk observasi formal perlu dibuat laporan tertulis/ ringkasan sebagai feedback
4. Untuk observasi informal biasanya feedback diberikan secara lisan atau dengan catatan kecil segera sesudah observasi informal dilakukan

k. Pertemuan Pre Observasi
1. Membantu guru merefleksikan apa yang akan mereka lakukan atau dapatkan sebagai usulan ide-ide untuk pengajaran yang akan dilakukan
2. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menolong guru agar fokus pada materi yang akan diobservasi
3. Menyelidiki apakah ada siswa dalam kelas yang memiliki perilaku yang harus diperhatikan secara khusus
4. Membahas strategi dan teknik apa yang akan dipergunakan saat mengajar
5. Menetapkan isi pelajaran, apa awal dan akhirnya
6. Mendiskusikan harapan-harapan guru dan apa kekuatiran guru tentang pelajaran
7. Menjelaskan apa peran Kepala Sekolah dalam observasi
Bagaimana Melaksanakan Observasi Dengan Efektif
1. Kepala Sekolah harus tiba di kelas tepat waktu sesuai dengan jadwal yang disepakati
2. Memberi salam kepada semua siswa
3. Duduk di tempat yang nyaman untuk melakukan observasi (mampu mengobservasi semua interaksi yang terjadi antara guru dan siswa)
4. Selama observasi, kepala sekolah dapat merekam percakapan antara guru dan siswa
5. Kepala Sekolah harus ada di kelas sampai pelajaran selesai dilaksanakan
Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Observasi
1. Apakah pengajaran diberikan secara jelas kepada siswa dan sesuai dengan tujuan pengajaran yang dibuat oleh guru?
2. Apa yang dilakukan oleh guru untuk memotivasi siswa atau menciptakan rasa antusias siswa
3. Apakah terlihat bahwa rencana pengajaran telah dipersiapkan oleh guru dengan baik
4. Apakah penjelasan yang diberikan oleh guru cukup jelas
5. Apa yang dilakukan guru untuk memaksimalkan partisipasi siswanya
6. Apakah materi pengajaran dipergunakan dengan tepat
7. Apakah jalannya pengajaran berlangsung terlalu cepat atau terlalu lambat
8. Bagaimanakah guru memeriksa pemahaman siswanya
9. Apakah teknik bertanya sudah dilakukan dengan tepat
10. Apakah memonitor kemajuan siswanya
11. Apakah nada positif/ antusias meliputi ruangan kelas
12. Apakah manajemen kelas efekif
13. Apakah masa transisi berlangsung dengan baik

Catatan: FORMAT LAPORAN EVALUASI KELAS
1. Catatan selama observasi tidak digunakan untuk mencari kesalahan. Catatan ini hanya digunakan untuk menulis apa yang sedang diobservasi
2. Sesudah observasi selesai, berilah kata-kata positif kepada guru tentang pelajaran yang baru selesai diobservasi
3. Sesudah berada dalam ruang kepala sekolah, barulah dibahas apa yang tertulis dalam laporan observasi
4. Dalam laporan observasi perlu ditulis apa yang patut dihargai/ penilaian positif dari guru dan apa yang perlu diperbaiki dari guru atau bagaimana guru dapat mengembangkan pengajarannya.
5. Dalam penulisan laporan observasi, perlu ketelitian, kepekaan dan profesionalisme dari Kepala Sekolah
6. Selain itu, diperlukan persiapan waktu untuk menuliskan data yang akurat dan reflektif.

Pertemuan Sesudah Observasi Waktu Untuk Berbagi dan Belajar
1. Pertemuan sesudah observasi merupakan pertemuan yang sangat penting dan tak ternilai karena guru diikutsertakan dalam dialog yang profesional
2. Dialog harus segera dilaksanakan sesudah observasi karena semua kejadian, strategi yang dipakai dalam mengajar dll masih segar dalam ingatan baik itu kepala sekolah maupun guru
3. Perlu suasana yang positif dalam pertemuan ini
4. Terima guru untuk masuk ruangan dan persilahkan untuk duduk
5. Usahakan agar tidak ada gangguan ketika pertemuan berlangsung
6. Mulailah pertemuan dengan memberitahu tujuan pertemuan, merayakan kesuksesan dan untuk meningkatkan pengajaran secara profesional
7. Mintalah guru untuk menyampaikan perasaannya tentang pelajaran yang telah dilaksanakan, apakah pelajaran berlangsung dengan baik, bagaimana kesan siswa, apa yang masih perlu untuk diperbaiki
8. Evaluasi pribadi/ refleksi adalah teknik yang berguna untuk mengembangkan diri secara profesional
9. Dalam pertemuan ini ditinjau kembali semua tujuan pelajaran yang dibuat oleh guru. Apakah semua tujuan itu tercapai, apa yang telah dilakukan guru untuk mencapai tujuan tersebut.
Pembagian jenis kunjungan (visit) oleh supervisor berdasarkan pengalaman guru mengajar:
1. Guru yang berpengalaman
a. Kunjungan Informal
b. Kunjungan Formal
1. Guru pemula
1. Kunjungan Terjadwal
2. Kunjungan Informal
3. Kunjungan Formal
Kunjungan Terjadwal Satu kali tiap semester Kunjungan ini dilakukan untuk melaksanakan observasi lengkap Dilaksanakan atas permintaan supervisor/ kepala sekolah Kunjungan Informal Satu kali tiap semester, bila dibutuhkan lagi bisa ditambahkan oleh pihak supervisor/ kepala sekolah Kunjungan ini dapat berfungsi untuk memperkuat setiap kesimpulan yang sudah ditetapkan oleh supervisor/ kepala sekolah. Kunjungan Formal Satu kali tiap semester Kunjungan ini dilaksanakan atas permintaan dari guru dimana guru telah mempersiapkan kelasnya dengan sangat baik. Durasi dan Frekuensi Kunjungan Durasi/ lamanya kunjungan ditentukan oleh tipe dari situasi pembelajaran dan pengajaran yang sedang diobservasi serta jenis kunjungan. Jika guru yang memulai inisiatif mengundang kepala sekolah atau jika kepala sekolah telah menginformasikan ke guru bahwa ia akan berkunjung, kepala sekolah diharapkan untuk tinggal dikelas sampai jam pelajaran selesai.
Frekuensi kunjungan kepala sekolah bergantung pada (1) tujuan dari kunjungan dan (2) siapa yang berinisiatif melakukan kegiatan kunjungan (apakah dari guru atau kepala sekolah). Jika kepala sekolah mengobservasi guru yang meminta bantuan khusus (area tertentu dari program instruksional pengajaran), kepala sekolah bisa memikirkan kunjungan ulang dalam waktu yang singkat berikut observasi awal dalam rangka pengumpulan data atau untuk mendemonstrasikan teknik-teknik pengajaran. Jika kepala sekolah yang berinisiatif melakukan kunjungan kelas, kepala sekolah dimungkinkan untuk merencanakan kunjungan kelas minimal sebulan sekali; jika guru yang memulai inisiatif tersebut, maka kunjungan tersebut bisa lebih/ kurang sebulan sekali bergantung pada fungsi dari kunjungan tersebut.
Lain-lain:
Beberapa peran dan fungsi dari seorang guru:
1. Guru sebagai manager.
Guru mengelola lingkungan pembelajaran secara keseluruhan. Kegiatan ini melibatkan siswa sebagai individu dan sebagai kelompok, program pembelajaran, lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran
2. Guru sebagai observer
Kemampuan guru untuk meneliti secara cermat peserta didik, tindakan mereka, reaksi dan interaksi mereka.
3. Guru sebagai diagnostician
Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap peserta didik termasuk merencanakan program bagi peserta didik
4. Guru sebagai educator
Kegiatan ini melibatkan pembuatan tujuan dan sasaran sekolah, sifat dan isi dari kurikulum dan program pembelajaran
5. Guru sebagai organizer
Kemampuan guru untuk mengorganisir program pembelajaran
6. Guru sebagai decision-maker
Memilih bahan/ materi pembelajaran yang sesuai, memutuskan topik dan proyek yang akan dilaksanakan serta membuat program pribadi
7. Guru sebagai presenter
Guru sebagai pembuka, narator, penanya, penjelas dan peneliti dari setiap diskusi.
8. Guru sebagai communicator
Kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan peserta didik maupun rekan kerja.
9. Guru sebagai fasilitator
Guru berfungsi sebagai mediator anatara peserta didik/ kelas dan masalah-masalah yang timbul.
10. Guru sebagai motivator
Guru memberikan motivasi kepada peserta didik
11. Guru sebagai counsellor
Guru sebagai konselor bagi siswa dibidang pendidikan, personal, sosial dan emosional.
12. Guru sebagai evaluator
Guru mengevaluasi, menilai, mencatat kemampuan, pencapaian dan kemajuan siswa.
l. Profesional
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian , kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi.
Menurut Sanjaya dalam Masnur 2007;12(2005,142-143) syarat pokok pekerjaan profesional adalah sebagai berikut:
1) Pekerjaan professional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya dan dapat dipertanggunngjawabkan secara ilmiah.
2) Suatu Profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang lebih spesifik sesuai dengan jenis profesinya sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas.
3) Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya dan diakui oleh masyarakat sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya, dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya.
4) Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap social kemasyarakatan sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggiterhadap efek yang ditimbulkan dari pekerjaan profesinya.(Masnur, 2007.12)

m. Pengawas Sekolah
Pengawas sekolah adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan segi teknis pendidikan, administrasi pada satuan pendidikan prasekolah, dasar,dan menengah. Bekal ilmu yang harus dimiliki oleh setiap pengawas sekolah disebut supervise pendidikan. Prinsip utama supervisi pendidikan ialah 1) bukan mencari kesalahan orang, tetapi mencegah kesalahan sedini mungkin; 2) membantu personil sekolah dalam mengatasi permasalahan sekolah atas dasar kemitraan (kesetaraan); 3) bekerja sama secara sinergi yang saling menguntungkan dalam makna positif.(Usman,2009;510)
Berdasarkan kajian tentang tugas pokok dan fungsi pengawas adalah melakukan: pemantauan, penyeliaan, pengevaluasian, pelaporan, dan penindaklanjutan hasil pengawasan. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas tersebut secara efektif dan efisiensi diperlukan kompetensi. Kompetensi ialah seperangkat kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas sekolah/madrasah secara terpadu dan ditampilkan dalam tindakannya untuk peningkatan mutu pendidikan pada sekolah/madrasah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Masalahnya adalah bagaimana meningkatkan kompetensi sekolah /madrasah ? Kompetensi pengawas sekolah /madrasah perlu ditingkatkan secara terus menerusuntuk meningkatkan kinerja kepala sekolh, guru, dan tenaga kependidikan lainnya yang pada gilirannya dapat meningkatkan kinerja sekolah. Di samping itu, kinerja bermamfaat untuk menetukan sertifikasi, seleksi dan rekrutmen, kompensasi, peremncanaan suksesi, dan pengembangan pendidikan dan pelatihan (diklat)(Spencer & Spencer, 1993) .(Usman,2009;603)
Pengawasan atau supervise pendidikan adalah usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Ofsted (2005) menyatakan bahwa focus pengawasan meliputi:
1. Standar dan prestasi yang diraih siswa
2. Kualitas layanan siswa di sekolah( efektivitas belajar mengajar,kualitas program kegiatan sekolah, kualitas bimbingan siswa).
3. Kepemimpinan dan manajemen sekolah
Pandong (2003) Pengawas sekolah/madrasah adalah pejabat fungsionalyang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadapsejumlah sekolah tertentuyang ditunjuk/ditetapkandalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar /bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sejalan dengan pendapat pandong, Wiles dan Bondi (2003) Menyatakan Pengawas sekolah memdapat otoritas yang memberikan kekuasaan administrator dan menggunakan pengaruh politik dalam berhubungan dengan orang lain, atau dengan mendemontrsikan secara nyata kehebatan kompetensi pengetahuan dan tindakan. .(Usman,2009;607)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa: Pengawas sekolah/madrasah ialah tenaga kependidikan profesional yang mendapat otoritas dan diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan di sekolah/madrasah baik pengawasan dalam bidang akademik (teknis pendidikan) maupun bidang manajerial (pengelolaan sekolah/madrasah) yang meliputi kegiatan (1) pemantauan, (2) penyeliaan, (3) pengevaluasian pelaporan, dan (4) penindaklanjutan hasil pengawasan. .(Usman,2009;608)
Kompetensi pengawas sekolah/madrasah adalah seperangkat kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas sekolah/madrasah yang dibinanya. Makna kompetensi pengawas sekolah /madrasah yang terkandung dalam rumusan ini pada hakikatnya tercermin dalam pola piker, pola rasa, dan pola tindak pengawas sekolah /madrasah dalam melaksanakan tugas kepengawasan.
Menurut Wiles dan Bondi (2003) “(Delapan area keterampilan mengidentifikasikan hal-hal yang menjadikan andalan pengawas untuk mengatur dari memikirkan program yang diharapkan sampaipada penilaian pelaksanaan pembelajaran)” kedelapan kompetensi itu harus dimiliki oleh setiap pengawas sekolah/madrasah itu adalah :
1) Pengawas sekolah/madrasah sebagai pengembangan siswa
2) Pengawas sekolah/madrasah sebagai pengembangan kurikulum
3) Pengawas sekolah/madrasah sebagai spesialis pembelajaran
4) Pengawas sekolah/madrasah sebagai pekerja hubungan manusia
5) Pengawas sekolah/madrasah sebagai pengembangan staf
6) Pengawas sekolah/madrasah sebagai administrator
7) Pengawas sekolah/madrasah sebagai manajer perubahan
8) Pengawas sekolah/madrasah sebagai evaluator. ( Usman,2009:608)
Upaya-upaya yang dpat dilakukan dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawas sekolah/madrasah, antara lain adalah:
1. Melakukan pembinaan secara terus menerus secara efektif seperti mengadakan pelatiha pengawas sekolah./madrasah berbasis kompetensi.
2. Memberi kesempatan untuk studi banding pada sekolah-sekolah yang mendapat pengawas yang sudah professional
3. Memberdayakan keberadaan asosiasi pengawas sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajaran dimana para pengawas sekolah/madrasah saling belajar sepanjang hyat, saling bertukar pengalaman, mau menularkan kompetensinya, dan mau ditanya bagaimana meningkatkan kompetensinya.
4. Melaksanakan program studi lanjut bagi yang memenuhi persyaratan.( Usman.2009:617)

n. Peningkatan Kinerja Guru
a) Konsep Kinerja
Pengertian kinerja (performance) diartikan unjuk kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau unjuk kerja /penampilan kerja. Smith (1997; 82) menyatakan bahwa performance atau kinerja merupakan hasil kerja dari suatu proses. Artinya, hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan unjuk kerja seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah dpercayakan kepadanya sesuai dengan fungsi dan kedudukannya (usman, 2007;74).
Menurut Drucker (1977:23) dalam usman (2007;74) Kinerja adalah prestasi yang dapat dicapai oleh seseorang atau organisasi berdasarkan kriteria dan alat ukur tertentu parameter yang paling umum digunakan.
Sutermaister (1976:11) ,dalam usman (2007;74) menyatakan kinerja merupakan hasil perpaduan dari kecakapan dan motivasi , di mana masing-masing variabelnya dihasilkan dari sejumlah factor lain yang saling mempengaruhi. Untuk memperjelas ungkapan tersebut, McAfee dan Poffenberger(1982:3)menggambarkan secara matematik, yaitu Ability=motivation =job Performance pendapat tersebut didukung oleh Wether dan Davis (1985:484) Menyatakan bahwa beberapa factor yang mempengaruhi kinerja adalah adalah kemampuan (ability =knowledge=skill), dan factor motivasi (motivation=attitude+situation). Berdasarkan rumusantersebut dikatakan bahwa, kinerja adalah unjuk kerja yang ditunjukkan oleh setiap pegawai baik secara kualitas dan kuantitas dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan tanggung jawabyang diembankan kepadanya.
Fattah(2004:46) mengemukakan bahwa kinerja(ferformance)adalah penampilan atau unjuk kerja, atau cara menghasilkan sesuatu (prestasi); Kinerja organisasi berkaitan dengan daya unjuk kerja mencapai tujuan dan hasil yang digunakan.
Sutermeister (1976:15) Menyatakan bahwa kinerja personal merupakan kontribusi personal terhadap produktivitas lembaga-lembaga. Lebih lanjut menurutnya ada tiga puluh dua variable dalam diri manusia yang berkontribusi pada produktivitas suatu lembaga pendidikan.(Usman, 2007:75)
b) Motivasi Kerja
Motivasi kerja merupakan salah satu indicator keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan.
Yasin dan Basri (2004:455) mendefinisikan motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu.
Robbins (1998:166) mengemukakan motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual.
Gibson (1990:87)menyatakan bahwa motivasi adalah berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, dikuatkan, disokong, diarahkan dihentikan dan reaksi subyektif macam apakah yang timbul dalam organism ketika semua ini berlangsung. (Usman, 2007:87-88)
o. Standarisasi Kinerja guru
Gezels (sutisna, 1989:336-338) mengemukakan bahwa dimensi-dimensi kinerja dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dimensi fisiologis, manusia akan bekerja dengan baik apabilabekerja dalam konfigurasi operasional, yaitu bekerja dengan berbagai ragam tugas-tugas dan ritme kecepatan yang sesuai dengan fisiknya.
a. Dimensi psikologis, dalam hubungan ini, bekerja merupakan ungkapan kepribadian. Seseorang memperoleh kepuasan dari pekerjaannya akan menampilkan kinerja yang lebih baik dari pada mereka yang tidak menyenangkkan pekerjaannya.
b. Dimensi social, bekerja dapat dipandang sebagai ungkapan hubungan social antara sesame pegawai. Situasi yang menyebabkan perpecahan antar pegawai dapat menurunkan kinerja pegawai , baik secara individu maupun secara kelompok.
c. Dimensi eknomi, bekerja adalah kehidupan bagi pegawai, imbalan jasa yang tidak sepadan dapat menghambat atau memacu pegawai untuk berprestasi.
d. Dimensi keseimbangan, keseimbangan antara apa yang diperoleh dari pekerjan dengan kebutuhan hidup akan memicu seseorang untuk berusaha lebih giat guna mencapai keseimbangan atau sebaliknya. (Usman,2007:98)
Berkenaan dengan kinerja guru. Gaffar (1987:159) mengemukakan bahwa performance based teacher memerlukan penguasaan, yaitu:
1) Content knowledge
2) Behavioral skills, dan
3) Human relations skills,
Content knowledge merupakan penguasaan materi.
Behavioral skills merupakan ketrampilan perilaku yang berkaitan dengan penguasaan didaktis dan metodologis.
Human relations skills merupakan merupakan ketrampilan untuk melakukan hubungan baik dengan unsure manusia yang terlibat dalam proses pendidikan(tenaga kependidikan). (Usman,2007:99)
Menurut Richart dalam Sukmalana (2003:75-76) mengemukakan penilaian kinerja yang baik memiliki sejumlah cirri sebagai berikut:
1) Harus mampu diukur dengan cara yang dapat dipercaya.
2) Harus mampu membedakan individu-individu sesuai dengan kinerja mereka.
3) Harus sessitif terhadap masukan dan tindakan dari pemegang jabatan.
4) Harus dapat diterima oleh individu yang mengetahui kinerjanyasedang dinila.
Rebore (1987: 186)menyatakan bahwa “penilaian terhadap guru dilakukan dengan
memperhatikan:
a. Mendorong pengembangan diri
b. Mengidentifikasi beberapa tugas dimana dilaksanakan
c. Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan staf
d. Memperbaiki kinerja
e. Untuk menentukan apakah seseorang dipertahankan dan berapa kompensasi yang diberikan.
f. Menolong penempatan dan promosi, dalam mengembangkan proses penilaian, dewan pendidikan harus menentukan kebijakan dalam penilaian yang akan memberikan arahan kepada bermcam-macam bagian di sekolah.

Schuler& Jackson , (1997:3) sejalan dengan pendapat Timpe (2000:ix), “Penilaian kinerja adalah sebuah penentu kinerja yang ampuh. Penilaian kinerja merupakan metode mengevaluasi dan menghargai kineja yang paling umum digunakan “ lebih lanjut
Bacal (2002: 112-113) evaluasi kinerja merupakan proses untuk menaksir dan mengevaluasi kinerja perorangan.
Handoko (1996: 135) mengemukakan bahwa penilaian prestasi kerja (performance appraisal) ialah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
Castetter (1981:216), penilaian performansi personal merupakan suatu rangkaian kaitan sebagai tindak lanjut penugasan personal pada jabatan tertentu.
Siagian (2002:225-226) system penilaian prestasi kerja ialah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai dimana terdapat berbagai factor yaitu:
a. Yang dinilai manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentujuga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan.
b. Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolok ukur tertentu yang realistic, berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta criteria yang ditetapkan dan secara obyektif.
c. Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai.
d. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan dengan rapi dalam arsip kepegawaian setiap orang sehingga tidak tidak ada informasi yang hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawai.
e. Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu turut dipertimbangkandalam setiap keputusan yang diambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti promosi maupun dalam pemberhentian tidak ada atas permintaan sendiri. ( Usman,2007: 102).
 Menurut Kepmen P&K RI No.0134/0/1977 Tugas Pengawas adalah : Mengendalikan kurikulum,tenaga teknis,pengadaan/
penggunaan/ pemeliharaan sarana, tata usaha, hubungan kerja sama dg masyrakat. Menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum, menilai pelaksanaan kerja teknis sekolah…
Pengaruh Supervisi pengawas yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh ( Safiah 2009)

Dengan adanya supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap guru dalam proses meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran, setidak-tidaknya dapat mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki proses pembelajaran yang lebih optimal.

Di peroleh data dari informasi bahwa:
1. Pembinaan peningkatan kemampuan profesionalitas guru, oleh kepala TK secara rutin dilakukan dengan melaksanakan supervisi berdasarkan program yang sudah siap, meskipun tidak lengkap
2. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah TK dilakukan terjadwal atau berdasarkan undangan guru dan tidak terjadwal (Incidental)
3. Kendala supervisi

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. Bafadal. 2005. “DASAR-DASAR MANAJEMEN DAN SUPERVISI TAMAN KANAK-KANAK”. Jakarta. PT.Bumi aksara

Purwanto Ngalim. 2008. ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN. Bandung, PT.Remaja RosdaKarya

Arikunto. Suharsimi. 2004. DASAR-DASAR SUPERVISI. Jakarta.PT.Rineka Cipta.

Sahertian. Piet A. 2000. Konsep dasar & Teknik SUPERVISI PENDIDIKAN dalam Rangka Pengembangan. Jakarta. PT.Rineka Cipta.

Muslich, Mansur. 2007. Sertifikasiguru menuju profesionalisme pendidik. Jakarta. PT.Bumi Aksara. 198.

Azhari, Ahmad. 2003. Supervisi Rencana Program Pembelajaran. Ciputat.Rian Putra.110

Usman, Husaini. 2009. “Manajemen Teori Praktik, dan riset pendidikan. Jakarta Timur. PT.Bumi Aksara. 685.

Usman, Nasir. 2007. “Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. Bandung. Mutiara Ilmu. 310.

Tinggalkan komentar